Nunukan, JMRN - Letaknya yang cukup jauh membuat kepala sekolah dan guru di Kecamatan Peso sering terlambat mengetahui perkembangan pendidikan terkini. Gerakan literasi sekolah GLS yang dikumandangkan oleh Kementerian Pendidikan sejak tahun 2015 lalu. Bahkan istilah literasi baru pertama kali mereka dengar setelah program inovasi untuk untuk anak Indonesia INOVASI, sebuah program dari Kementrian pendidikan dan Kebudyaan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada bidang literasi, numerasi dan inklusif di jenjang pendidikan dasar menyapa mereka akhir Bulan Januari 2018.
”Wilayah yang luas, berjauhan dan transportasi yang terbatas, membuat usaha kami mempromosikan literasi tidak bisa berlangsung cepat,” Ujar Syahrial, Kepala Seksi Peserta didik, Pembangunan Karakter Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan Jumat (01/02).
Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan, nilai rata-rata kemampuan membaca siswa SD di Kalimantan Utara berada 2 poin di bawah nilai nasional.
Hasil yang tidak jauh berbeda ditemukan INOVASI melalui Survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (SIPPI) yang dilakukan di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau dimana hanya 14,59 persen siswa kelas 1 SD yang mampu membaca, sedangkan di kelas 2 hanya 60,94 persen.
Bahkan dari anak yang bisa membaca tersebut, tidak semua anak bisa memahami bacaan secara implisit, dan mencari informasi eksplisit dari bacaan.
Kondisi geografis yang sulit dan layanan pendidikan yang terbatas ikut mempengaruhi hasil kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Kabupaten Bulungan. Dari segi sumberdaya manusia, di Kabupaten Bulungan masih banyak guru yang belum berpendidikan sarjana. Berdasarkan data pokok pendidikan (dapodik), Kabupaten Bulungan memiliki 1.300 orang guru, dimana 20 persen dari jumlah tersebut belum berkualifikasi sarjana.
"Mereka kuliah S-1 ketika sudah jadi guru berpuluh tahun sebelumnya, kuliah tua istilah mereka,” ucap Syahrial.
Untuk lebih memperkenalkan kegiatan gerakan literasi sekolah GLS, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan menggandeng Program Inovasi untuk memberikan pelatihan literasi. Pelatihan dilakukan mulai dari guru dan kepala sekolah di sekolah kampung hingga sekolah di wilayah terpencil seperti d Kecamatan Peso. Pelatihan yang diadakan tidak hanya memperkenal literasi sebagai keterampilan abad 21, tetapi juga melatih kepala sekolah dan guru agar mampu merancang program budaya baca.
"Tahun ini kami memberikan perhatian serius kepada literasi. Bahkan dalam petunjuk teknis penggunaan Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), kami memasukkan literasi dan penyediaan buku kelas awal sebagai kegiatan yang bisa dibiayai,” sambung Syahrial.
Workshop gerakan di literasi sekolah GLS Long Peso yang digelar pada pada hari Selasa (30/01) hingga Kamis diikuti oleh 29 orang guru dan kepala sekolah. Salah satu peserta pelatihan Kepala SDN 001 Peso La’an Laing mengatakan, guru-guru di wilayah pedalaman masih sangat minim pengalaman bagimana menularkan budaya baca kepada siswa sekolah secara menarik karena belum pernah mendapat pelatihan literasi sehingga keterampilan mengajar mereka tidak berkembang.
”Padahal untuk mengajar literasi di kelas awal misalnya, itu tidak mudah, butuh keterampilan dan strategi khusus,” ujarnya.
Sementara salah satu guru kelas 2 SDN 001 Pesa Roslina Ngau mengaku jika dirinya sering kewalahan menghadapi siswa yang baru mengenal bunyi, huruf dan kata. Siswa didiknya juga kurang tertarik jika diajak belajar membaca di dalam kelas. Melalui pelatihan literasi yang diterimanya, dia mengaku mempelajari bagaimana mengajak anak belajar membaca.
” Saya baru tahu kalau anak-anak bisa diajak membaca buku cerita bersama di halaman sekolah. Saya mau mencoba cara itu,” katanya.
Selain pelatihan literasi, menurut La’an Laing sekolah sekolah dasar di wilayah perbatasan juga sangat membutuhkan ketersediaan buku buku bacaan. Siswa di Kabupaten Bulungan membutuhkan buku yang mampu membangun imanijasi anak seperti buku komik, novel, sastra, sejarah dan buku pengetahuan umum lainnya. Minimnya ketersediaan buku membuat kebanyakan siswa di pedalaman hanya membaca buku paket belajar.
” Kami sulit menyediakan buku-buku seperti itu karena jauh dari kota,” imbuhnya
Menurut Agus Prayitno dari District Facilitator INOVASI Kabupaten Bulungan, membangun budaya membaca dibutuhkan keteladan, pembiasaan dan ketersediaan buku yang berkesinambungan.
Keteladan penting karena anak akan meniru perilaku orang dewasa yang ada disekitarnya. Jika kepala sekolah dan guru ingin siswanya rutin membaca buku, maka mereka juga harus ikut membaca buku. “Membaca adalah kebiasaan yang harus dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan berulang inilah yang akan menjadi kebudayaan,” ujarnya.
Untuk membangun budaya baca di wilayah perbatasan Kalimantan Utara, pemerintah provinsi bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan uji coba program Inovasi di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau.
Erix Hutasoit Comunication Officer Program Inovasi Kalimantan Utara mengatakan, untuk meningkatkan literasi kelas awal di wilayah perbatasan program yang dikembangkan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, memperkuat budaya membaca dan mendorong partisipasi orang tua dan masyarakat. Implementasi program Inovasi akan dilakukan melalaui penguatan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Program rintisan rencananya akan dilaksanakan di 20 sekolah dasar dengan jumlah siswa yang terlibat sebanyak 2.500 siswa dan guru yang terlibat sebanyak 227 guru.
“ Hasi dari program rintisan berpotensi untuk disebarluaskan di sekolah lain di kabupaten Bulungan dan Malinau, dimana ada 244 SD dengan 2.379 guru dan 27.673 siswa,” ujarnya.
AWAN SENJA
Program Inovasi, Tularkan Budaya Membaca Melalui Literasi Di Kabupaten Bulungan
Dengan menggandeng progeam Inovasi Pemerintah Bulungan berharap terjadi peningkatan minat baca masyarakat
Komentar Anda
0 comments:
Terima kasih atas kunjungan Saudara ke laman berita Jaringan Media Radio Nasinal