Masa libur sekolah dimanfaatkan sebagian keluarga untuk mengajak putra putrinya berlibur. Terkadang liburan telah direncanakan jauh hari sebelumnya. Berbagai bekal dipersiapkan. Tak terkecuali bekal keuangan yang memadai. Bagi yang tak bepergian berlibur, mungkin akan menghabiskan waktunya di rumah.
Ada yang bermalas-malasan. Bangun tidur kesiangan dan berbagi bentuk lainnya. Semuanya seakan menandakan bahwa masa libur lepas dari pernak-pernik pendidikan.
Pendidikan sebenarnya tidak mengenal masa libur. Pendidikan melekat pada setiap diri sepanjang nafas masih berhembus. Pendidikan sering kali direduksi pada pendidikan di sekolah saja. Perlu diingat kembali bahwa pendidikan meliputi pendidikan formal yakni persekolahan, pendidikan non-formal yang membekali pesertanya dengan pengetahuan dan keterampilan khusus, serta pendidikan informal yang dilangsungkan dalam keluarga dan lingkungan.
Peran pendidikan informal juga sangatlah penting. Ia merupakan pendidikan utama sekaligus penyangga pendidikan lainnya. Penanaman karakter yang tengah digiatkan di persekolahan haruslah didukung pula dalam keluarga dan masyarakat termasuk di masa libur.
BACA JUGA:
Pendidikan sebenarnya tidak mengenal masa libur. Pendidikan melekat pada setiap diri sepanjang nafas masih berhembus. Pendidikan sering kali direduksi pada pendidikan di sekolah saja. Perlu diingat kembali bahwa pendidikan meliputi pendidikan formal yakni persekolahan, pendidikan non-formal yang membekali pesertanya dengan pengetahuan dan keterampilan khusus, serta pendidikan informal yang dilangsungkan dalam keluarga dan lingkungan.
Peran pendidikan informal juga sangatlah penting. Ia merupakan pendidikan utama sekaligus penyangga pendidikan lainnya. Penanaman karakter yang tengah digiatkan di persekolahan haruslah didukung pula dalam keluarga dan masyarakat termasuk di masa libur.
BACA JUGA:
Karakter disiplin, religius, peduli lingkungan dan lainnya yang ditanamkan selama mengikuti pembelajaran di sekolah tentu penerapannya selama masa libur pun perlu berkesinambungan. Namun saat berwisata dimasa libur, kerab kali kita menemukan tumpukan sampah pengunjung.
Pembiasaan membuang sampah di tempatnya di sekolah tak lagi diindahkan. Memang terasa aneh. Sampah yang berserakan tersebut tak jarang dari orang-orang bersekolah. Bukankah di sekolah telah diajarkan membuang sampah dengan benar? Menurut penulis, kebiasaan ini dapat menjadi salah satu penanda suksesnya bersekolahnya seseorang. Bukankah segala yang besar dimulai dari yang kecil?
Disiplin waktu yang telah dilatihkan dalam persekolahan janganlah sampai terbengkalai karena adanya pembiaran selama masa libur. Anak dibiarkan bermain game seharian tanpa mengindahkan jadwal ibadahnya. Tugas-tugas mandirinya terlewatkan. Pembiaran indisipliner inilah yang membuat anak merasa berat untuk kembali bersekolah, khususnya di hari-hari pertama masuk kembali sekolah.
Sebaliknya, guru pun harus berupaya menciptakan suasan pembelajaran yang menyenangkan layaknya berlibur. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa berlibur menjadi asyik karena dimulai dari perencanaan yang matang, bekal yang cukup dan pengalaman-pengalaman baru. Pembelajaran pun selayaknya demikian.
Disiplin waktu yang telah dilatihkan dalam persekolahan janganlah sampai terbengkalai karena adanya pembiaran selama masa libur. Anak dibiarkan bermain game seharian tanpa mengindahkan jadwal ibadahnya. Tugas-tugas mandirinya terlewatkan. Pembiaran indisipliner inilah yang membuat anak merasa berat untuk kembali bersekolah, khususnya di hari-hari pertama masuk kembali sekolah.
Sebaliknya, guru pun harus berupaya menciptakan suasan pembelajaran yang menyenangkan layaknya berlibur. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa berlibur menjadi asyik karena dimulai dari perencanaan yang matang, bekal yang cukup dan pengalaman-pengalaman baru. Pembelajaran pun selayaknya demikian.
Selain direncanakan dengan baik, bekal materi yang cukup, juga perlu membawa anak dalam pengalaman belajar yang mengesankan dengan berbagai inovasi kreatif guru yang tentu juga perlu perencanaan. Masa libur dapat pula dimanfaatkan dalam meningkatkan budaya literasi anak. Berbagai hal yang menarik perhatian anak dapat menjadi pemicu berpikir kritis. Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam era informasi digital.
Hal-hal yang menarik perhatian anak dapat pula dituliskan hingga menjadilah tulisan yang menarik untuk dibaca. Menulis menggunakan alat tulis di masa libur mungkin akan kerepotan. Tapi kini penggunaan teknologi informasi yang dibenamkan di gadget dapat memudahkan.
Hal-hal yang menarik perhatian anak dapat pula dituliskan hingga menjadilah tulisan yang menarik untuk dibaca. Menulis menggunakan alat tulis di masa libur mungkin akan kerepotan. Tapi kini penggunaan teknologi informasi yang dibenamkan di gadget dapat memudahkan.
Dengan mengguna kan aplikasi Menemubaling (Menulis dengan mulut membaca dengan telinga) yang dikembangkan Mampuono, Sekjen IGI, menulis dapat semudah berbicara. Perangkat yang dapat diundah secara gratis pada playstore tersebut, dapat dengan mudah digunakan. Dengan membiasakan menulis, termasuk dimasa libur sekolah, maka budaya literasi dapat terus tumbuh subur. Pendidikan anak pun tidaklah libur.
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Musakkir, Ketua Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Tana Tidung dan merupakan salah satu penulis aktif di Jaringan Media Radio Nasional.
EDITOR : ANDRI ARIANTO
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Musakkir, Ketua Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Tana Tidung dan merupakan salah satu penulis aktif di Jaringan Media Radio Nasional.
EDITOR : ANDRI ARIANTO
Komentar Anda