Jakarta, RN - Indonesia merupakan pasar digital yang tumbuh begitu cepat. Berdasarkan data yang diolah oleh App Annr yang mengolah data dari Play Store dan Appstore.
Hal ini dikarenakan masih banyak orang yang menggunakan telepon pintar untuk pertama kali. Berbeda dengan Singapura, Amerika Serikat, dan Inggris yang sudah terbiasa menggunakan handphone sehingga penetrasi handphone disana tidak sebanyak di Indonesia.
"Bahkan masyarakat Indonesia pada saat pertama menggunakan handphone banyak sekali aplikasi. Di Indonesia kebiasaannya mendownload 100 aplikasi di handphone mereka. Namun sebenarnya dia hanya aktif menggunakan 39 aplikasi per bulan," ungkap Regional Director App Annie Jaede Tan di Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Jaede juga melihat hampir 100 menit dalam sebulan masyarakat Indonesia melihat platform e-commerce untuk melakukan transaksi jual beli. Jaede mengakui hal ini dua kali lipat dibandingkan kebiasaan orang Amerika Serikat.
"Bisnis e-commerce di Indonesia berkembang pesat. Hal ini disebabkan mereka mampu menyelesaikan permasalahan. Sehingga orang-orang tidak perlu lagi pergi ke toko untuk berbelanja. Selain itu mereka juga bisa menyelesaikan kemudahan dalam pengiriman dan pembayaran," tungkas Jaede.
Jaede juga memaparkan berdasarkan data yang dia himpun pada semester 1 2017, terdapat US$ 8,1 miliar masyarakat Amerika melakukan transaksi di e-commerce. Hal ini naik 28% dibandingkan semester pertama di 2016.
Sedangkan di Eropa US$ 4,9 miliar naik menjadi 23% dibandingkan paruh pertama di 2016. Bahkan di Asia terjadi lonjakan 49% orang melakukan transaksi e-commerce dengan nilai transaksi US$ 17,1 miliar.
"Indonesia merupakan negara di Asia yang paling besar revenue e-commercenya. Sekitar 80% peningkatannya. Hal ini masih permulaan," kata Jaede.
Jaede melanjutkan secara global, masyarakan menghabiskan waktunya melihat layar handphone rata-rata 2 jam per hari. Sedangkan di Indonesia kebanyakan orang menghabiskan 6 jam per hari menggunakan telepon gengamnya.
Hal ini dikarenakan masih banyak orang yang menggunakan telepon pintar untuk pertama kali. Berbeda dengan Singapura, Amerika Serikat, dan Inggris yang sudah terbiasa menggunakan handphone sehingga penetrasi handphone disana tidak sebanyak di Indonesia.
"Bahkan masyarakat Indonesia pada saat pertama menggunakan handphone banyak sekali aplikasi. Di Indonesia kebiasaannya mendownload 100 aplikasi di handphone mereka. Namun sebenarnya dia hanya aktif menggunakan 39 aplikasi per bulan," ungkap Regional Director App Annie Jaede Tan di Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Jaede juga melihat hampir 100 menit dalam sebulan masyarakat Indonesia melihat platform e-commerce untuk melakukan transaksi jual beli. Jaede mengakui hal ini dua kali lipat dibandingkan kebiasaan orang Amerika Serikat.
"Bisnis e-commerce di Indonesia berkembang pesat. Hal ini disebabkan mereka mampu menyelesaikan permasalahan. Sehingga orang-orang tidak perlu lagi pergi ke toko untuk berbelanja. Selain itu mereka juga bisa menyelesaikan kemudahan dalam pengiriman dan pembayaran," tungkas Jaede.
Jaede juga memaparkan berdasarkan data yang dia himpun pada semester 1 2017, terdapat US$ 8,1 miliar masyarakat Amerika melakukan transaksi di e-commerce. Hal ini naik 28% dibandingkan semester pertama di 2016.
Sedangkan di Eropa US$ 4,9 miliar naik menjadi 23% dibandingkan paruh pertama di 2016. Bahkan di Asia terjadi lonjakan 49% orang melakukan transaksi e-commerce dengan nilai transaksi US$ 17,1 miliar.
"Indonesia merupakan negara di Asia yang paling besar revenue e-commercenya. Sekitar 80% peningkatannya. Hal ini masih permulaan," kata Jaede.
Jaede melanjutkan secara global, masyarakan menghabiskan waktunya melihat layar handphone rata-rata 2 jam per hari. Sedangkan di Indonesia kebanyakan orang menghabiskan 6 jam per hari menggunakan telepon gengamnya.
Komentar Anda